Monday 3 March 2014

Jokowi Juga Disadap, Alat Sadap Juga Ditemukan di Tempat Tidurnya

Bukan tanpa sengaja Sidarto Danusubroto bertandang ke rumah dinas Joko Widodo. Ada hal penting yang hendak disampaikan tuan rumah kepada Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat tersebut. Maka, begitu Sidarto tiba, Gubernur Jakarta itu tidak membiarkannya bersantai  menikmat kenyamanan sofa kayu jati berukir di ruang tamu rumah itu. Bahkan, belum sempat duduk, politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu langsung digaet Jokowi untuk diajak berkeliling ke dalam rumah bergaya arsitektur Belanda di Jalan Taman Surapati, Menteng, Jakarta Pusat, tersebut.




Saat Sidarto bertamu pada Desember 2013 itu, Jokowi merasa perlu menunjukkan, rumah dinasnya yang asri dan nyaman itu sudah tidak lagi aman baginya. Rumah itu ditanami banyak alat sadap. Kepada Sidarto, Jokowi memperlihatkan sejumlah lokasi ditemukannya penyadap di rumah dinasnya.
Perangkat spionase itu antara lain terpasang di ruang tamu dan ruang makan, yang biasa dipakai Jokowi untuk menggelar rapat dengan jajaran kepala dinas.


Kedua ruangan itu berada di lantai satu. Alat-alat itu baru saja dipereteli saat Sidarto “meninjau” rumah tersebut. “Alatalat itu sudah dibersihkan oleh orang berkeahlian khusus,” ujar Sidarto kepada majalah detik, Jumat, 21 Februari 2014. Kepada wartawan, Jokowi mengaku penyadap juga ditemukan di ruang tamu khusus, bahkan di ruang yang sangat pribadi, kamar tidur. Kedua ruangan itu berada di lantai dua. Namun sebetulnya petugas mencopoti alat elektronik itu dari banyak lokasi lainnya yang tidak diungkapkan Pak Gubernur

Menurut sumber majalah detik, petugas menemukan alat sadap pada tangga menuju lantai dua, pada instalasi pemadam kebakaran di langit-langit rumah, pada mesin penyejuk udara, hingga lampu penerangan di dekat halaman. “Di jaringan telepon dan Internet juga dipasangi,” katanya.Agar pengintaian itu benarbenar terputus, petugas mengganti semua alat elektronik di rumah dinas Jokowi, termasuk televisi.

Jaringan kabel listrik dan telepon juga diperbarui. Penjagaan diperketat. Seperti yang terlihat pada Jumat, 21 Februari, beberapa polisi bersenjata laras panjang berjaga di halaman rumah tersebut.Bekas Kepala Biro Kepala Daerah dan Hubungan Luar Negeri Pemerintah Provinsi DKI Heru Budi Hartono menegaskan alat-alat sadap di rumah dinas Jokowi kini sudah diamankan.

Ia mengungkapkan, Jokowi juga disadap melalui alat pelacak sinyal suara. “Iya, pakai itu juga,” ujar pria yang kini menjabat Wali Kota Jakarta Utara itu.Heru enggan menyebut bentuk, jenis, merek, dan spesifikasinya. Namun, katanya, sebagian besar alat sadap itu sudah ketinggalan zaman. Teknologinya jadul  seperti teknologi alat-alat sadap era 10 tahun lalu. “Cemen-lah.

Di Glodok  banyak,” katanya.Namun sekarang Glodok, yang merupakan pusat penjualan alat-alat elektronik terbesar di Jakarta Barat, sudah tidak lagi menjual peralatan sadap. “Karena dilarang, termasuk kamera pengintai,” tutur seorang penjual saat ditemui majalah detikdi Glodok.

Ihwal terkuaknya spionase di rumah dinas Jokowi bermula pada Oktober 2013. Saat itu sedang marak demonstrasi buruh di depan gedung Balai Kota, Jalan Merdeka Selatan, untuk menuntut kenaikan upah minimum regional. Sejumlah kader PDIP yang menilai penyadapan itu sebagai serangan kepada partai lantas

Ihwal terkuaknya spionase di rumah dinas Jokowi bermula pada Oktober 2013. Saat itu sedang marak demonstrasi buruh di depan gedung Balai Kota, Jalan Merdeka Selatan, untuk menuntut kenaikan upah minimum regional. Sejumlah kader PDIP yang menilai penyadapan itu sebagai serangan kepada partai lantas meminta Jokowi waspada.Pada waktu yang bersamaan, isu Jokowi bakal didukung PDIP menjadi calon presiden pada pilpres 2014 makin menguat.

Hal itu ditandai dengan tampilnya Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bersama Jokowi menengok rehabilitasi Waduk Pluit di Jakarta Utara. “Kemesraan” Megawati-Jokowi itu terus berlanjut dalam berbagai kesempatan.
Awalnya Jokowi menanggapi biasa-biasa saja peringatan itu. Namun, sepanjang November 2013, pria yang terpilih sebagai wali kota terbaik nomor tiga sedunia versi worldmayor.comini merasa gerah juga. Akhirnya ia memerintahkan anak buahnya di Pemprov DKI memeriksa rumah yang ditempatinya itu. Jokowi terkejut bukan kepalang mengetahui dirinya disadap. Ia pun melaporkan temuan tersebut kepada fungsionaris PDIP, termasuk kepada Ketua Umum Megawati. Semula Jokowi meminta agar masalah itu disimpan untuk  kepentingan internal partai.


Jokowi dan PDIP kabarnya sudah mengantongi identitas penyadap. Namun siapa pelaku dan kemungkinan motifnya masih dirahasiakan. Meski kaget, Jokowi mengaku heran mengapa dirinya menjadi sasaran spionase. “Paling nanti isinya (sadapan), hari pertama disadap nasi goreng, kedua lodeh, ketiga sate kambing,” ucap Jokowi.Namun kasus penyadapan tersebut akhirnya bocor setelah dibeberkan Sekretaris Jenderal.


PDIP Tjahjo Kumolo pada Kamis, 20 Februari 2014. PDIP menganggap serius penyadapan terhadap kadernya yang paling moncer tersebut. Penyadapan itu dinilai bermotif politik yang cukup kuat, sebagai bentuk penyusupan untuk
mengacaukan PDIP menjelang Pemilu 2014. Terlebih, bukan sekali itu saja
PDIP direcoki oleh orang asing ketika hendak digelar pemilihan umum. Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP Eva Kusuma Sundari mengungkapkan, kejadian serupa bahkan menimpa Megawati saat akan meninjau pemilihan Gubernur Bali pada Mei 2013.


Dari pesawat hingga masuk mobilnya, Mega diikuti oleh orang berbadan tegap, yang diduga sebagai intel. “Orang itu menyusup ke mobil Ibu,” cerita Eva kepada majalah detik. Megawati juga merasa pernah disadap. Hal itu terjadi ketika bertelepon dengan Wakil Ketua DPR dari PDIP Pramono Anung. Namun
Mega tak terlalu memusingkannya. "Disadap yo rapopo(ya enggak apa-apa)," ujar Mega seperti ditirukan Pramono Anung.


Penyadapan Jokowi, menurut Eva, dilakukan oleh kombinasi pesaing politik dan penguasa. Ia heran mengapa isu penyadapan pejabat Indonesia oleh asing diributkan, sementara sesama anak bangsa saling menyadap. Seperti diketahui, sebelum kasus penyadapan Jokowi ini, sempat heboh berita tentang penyadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan istrinya, Ani Yudhoyono, oleh Australia. “Jadi musuh bersama itu sebenarnya enggak ada,” kata Eva.


Namun dugaan penyadapan itu dilakukan oleh aparatur pemerintah dibantah keras oleh Kepala Badan Intelijen Negara Letnan Jenderal (Purnawirawan) Marciano Norman. “Itu bukan resmi sepertinya,” kata Norman kepada majalah detik.Anggota Fraksi PDIP, Aria Bima, lantang menyebutkan, penyadapan itu dilakukan untuk mencuri dengar rencana PDIP mengusung Jokowi sebagai capres. Popularitas Jokowi yang kian menanjak membuat lawan politiknya harus berhitung setiap waktu. “Maka semua hal menyangkut Jokowi berusaha di-grounded,” ucapnya.


Belakangan, Jokowi sudah dipastikan ditunjuk Megawati untuk menjadi capres PDIP, meski belum tahu ka pan akan diumumkan. Informasi itu diungkapkan oleh kader PDIP pendukung Jokowi yang tergabung dalam “Projo”. “Sudah final,” kata Koordinator Nasional PDIP Projo, Budi Arie Setiadi.

Pengungkapan kasus penyadapan terhadap Jokowi itu justru disindir para
politikus Partai Demokrat. Ruhut Sitompul misalnya. Ia menilai hal itu berlebihan. Sebab, kalau disadap, seharusnya Jokowi melapor ke polisi, bukan kepada partai. “Jokowi jangan lebay,” kata Ruhut. 


Wakil Sekjen Partai Demokrat Ramadhan Pohan menyatakan Jokowi sengaja mencari perhatian. Sebab, akhirnya penyadapan itu menjadi bahasan publik. Ia membandingkannya dengan Yudhoyono, yang disadap National Security Agency tapi diam saja. “Targetnya (pengungkapan kasus penyadapan) itu sensasi,”
katanya. 


Tudingan bahwa penyadapan itu hanya politik pencitraan dimentahkan Jokowi. “Disadap ya disadap,” dia menegaskan. 

Tahun 2014 memang merupakan tahun politik. Suhu politik semakin panas. Namun mestinya kompetisi politik dilakukan tidak dengan menghalalkan segala cara. Meraih dukungan masyarakat harus dilakukan dengan cara-cara elegan dan etis. Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Siti Zuhro, mengingatkan, semuanya harus dipertanggungjawabkan. ”Ingat, siapa yang menabur, dialah yang menuai.

sumber : majalahdetik 

No comments:

Post a Comment