Wednesday, 5 March 2014
Penemu kamera ternyata seorang muslim
Surat kabar terkemuka di Inggris, The Independent pada edisi 11 Maret 2006 sempat menurunkan sebuah artikel yang sangat menarik bertajuk “Bagaimana para inventor muslim mengubah dunia.”The Independent” 20 penemuan penting para ilmuwan Muslim menyebut sekitar yang mampu mengubah peradaban umat manusia, salah satunya adalah penciptaan kamera obscura.
Kamera
merupakan salah satu penemuan penting yang dicapai umat manusia. Lewat jepretan
dan bidikan kamera, manusia bisa merekam dan mengabadikan beragam bentuk gambar
mulai dari sel manusia hingga galaksi di luar angkasa. Teknologi pembuatan
kamera, kini dikuasai peradaban Barat serta Jepang. Sehingga, banyak umat
Muslim yang meyakini kamera berasal dari peradaban Barat.
Jauh sebelum
masyarakat Barat menemukannya, prinsip-prinsip dasar pembuatan kamera telah
dicetuskan seorang sarjana Muslim sekitar 1.000 tahun silam.
Peletak prinsip
kerja kamera itu adalah seorang saintis legendaris Muslim bernama Ibnu
al-Haitham. Pada akhir abad ke-10 M, al-Haitham berhasil menemukan sebuah
kamera obscura. Itulah salah satu karya al-Haitham yang paling menumental.
Penemuan yang sangat inspiratif itu berhasil dilakukan al-Haithan bersama
Kamaluddin al-Farisi. Keduanya berhasil meneliti dan merekam fenomena kamera
obscura. Penemuan itu berawal ketika keduanya mempelajari gerhana matahari.
Untuk mempelajari fenomena gerhana, Al-Haitham membuat lubang kecil pada
dinding yang memungkinkan citra matahari semi nyata diproyeksikan melalui
permukaan datar.
Kajian ilmu
optik berupa kamera obscura itulah yang mendasari kinerja kamera yang saat ini
digunakan umat manusia. Oleh kamus Webster, fenomena ini secara harfiah
diartikan sebagai “ruang gelap”. Biasanya bentuknya berupa kertas kardus dengan
lubang kecil untuk masuknya cahaya. Teori yang dipecahkan Al-Haitham itu telah
mengilhami penemuan film yang kemudiannya disambung-sambung dan dimainkan
kepada para penonton.
“Kamera
obscura pertama kali dibuat ilmuwan Muslim, Abu Ali Al-Hasan Ibnu al-Haitham, yang
lahir di Basra (965-1039 M),” ungkap Nicholas J Wade dan Stanley Finger dalam
karyanya berjudul The eye as an optical instrument: from camera obscura to
Helmholtz’s perspective.
Dunia
mengenal al-Haitham sebagai perintis di bidang optik yang terkenal lewat
bukunya bertajuk Kitab al-Manazir (Buku optik). Untuk membuktikan teori-teori
dalam bukunya itu, sang
fisikawan
Muslim legendaris itu lalu menyusun Al-Bayt Al-Muzlim atau lebih dikenal dengan
sebutan kamera obscura, atau kamar gelap.
Bradley
Steffens dalam karyanya berjudul Ibn al-Haytham:First Scientist mengungkapkan
bahwa Kitab al-Manazir merupakan buku pertama yang menjelaskan prinsip kerja
kamera obscura. “Dia merupakan ilmuwan pertama yang berhasil memproyeksikan
seluruh gambar dari luar rumah ke dalam gambar dengan kamera obscura,” papar
Bradley.
Istilah kamera
obscura yang ditemukan al-Haitham pun diperkenalkan di Barat sekitar abad ke-16
M. Lima abad setelah penemuan kamera obscura, Cardano Geronimo (1501 -1576),
yang terpengaruh pemikiran al-Haitham mulai mengganti lobang bidik lensa dengan
lensa (camera).
Setelah itu,
penggunaan lensa pada kamera onscura juga dilakukan Giovanni Batista della
Porta (1535-1615 M). Ada pula yang menyebutkan bahwa istilah kamera obscura
yang ditemukan al-Haitham pertama kali diperkenalkan di Barat oleh Joseph
Kepler (1571 – 1630 M). Kepler meningkatkan fungsi kamera itu dengan
menggunakan lensa negatif di belakang lensa positif, sehingga dapat memperbesar
proyeksi gambar (prinsip digunakan dalam dunia lensa foto jarak jauh modern).
Setelah itu,
Robert Boyle (1627-1691 M), mulai menyusun kamera yang berbentuk kecil, tanpa
kabel, jenisnya kotak kamera obscura pada 1665 M. Setelah 900 tahun dari
penemuan al-Haitham pelat-pelat foto pertama kali digunakan secara permanen
untuk menangkap gambar yang dihasilkan oleh kamera obscura. Foto permanen
pertama diambil oleh Joseph Nicephore Niepce di Prancis pada 1827.
Tahun 1855,
Roger Fenton menggunakan plat kaca negatif untuk mengambil gambar dari tentara
Inggris selama Perang Crimean. Dia mengembangkan plat-plat dalam perjalanan
kamar gelapnya – yang dikonversi gerbong. Tahun 1888, George Eastman
mengembangkan prinsip kerja kamera obscura ciptaan al-Hitham dengan baik
sekali. Eastman menciptakan kamera kodak. Sejak itulah, kamera terus berubah
mengikuti perkembangan teknologi.
Sebuah versi
kamera obscura digunakan dalam Perang Dunia I untuk melihat pesawat terbang dan
pengukuran kinerja. Pada Perang Dunia II kamera obscura juga digunakan untuk
memeriksa keakuratan navigasi perangkat radio. Begitulah penciptaan kamera
obscura yang dicapai al-Haitham mampu mengubah peradaban dunia.
Peradaban
dunia modern tentu sangat berutang budi kepada ahli fisika Muslim yang lahir di
Kota Basrah, Irak. Al-Haitham selama hidupnya telah menulis lebih dari 200
karya ilmiah. Semua didedikasikannya untuk kemajuan peradaban manusia.
Sayangnya, umat Muslim lebih terpesona pada pencapaian teknologi Barat,
sehingga kurang menghargai dan mengapresiasi pencapaian ilmuwan Muslim di era
kejayaan Islam.
sumber : http://www.arrahmah.com/news/2013/02/15/penemu-kamera-ternyata-seorang-muslim.html
Labels:
agama,
dunia,
kisah hikmah,
kisah nyata,
news,
pendidikan,
renungan,
teknologi,
teknologi Indonesia
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment