Friday, 18 May 2012
Kisah Nyata Kopassus Membebaskan Sandera di Papua
“Tulisan ini adalah rangkuman dari
tulisan asli pelaku tanpa melebih-lebihkan bahkan menyimpangi kejadian
yang sebenarnya. nama-nama pelaku,nama satgas, serta daerah kejadian
saya samarkan dengan tujuan agar kerahasiaan pelaku-pelaku didalamnya
dapat terjaga”
“Kisah ini bukanlah kisah operasi
pembebasan sandera di mapenduma bahkan tidak ada hubunganya dengan
tragedi penyanderaan itu namun kisah ini terjadi beberapa tahun silam
sebelum terjadinya tragedi penyanderaan di Mapenduma”
Irian Jaya1987, saat itu pasukan komando diterjunkan di bumi Cendrawasih
dengan tugas membendung aksi separatisme yang kian marak terjadi,
pasukan itu diberi nama Satgas Ⓜ, satgas itu dipecah menjadi 5 regu
kecil yang di pimpin oleh perwira berpangkat Letnan dan ada juga bintara
berpangkat Sersan. Dan satu regu inti yang dipimpin oleh seorang
perwira pertama berpangkat Kapten dimana regu-regu yang tergabung dalam Satgas Ⓜ itu ditempatkan di beberapa daerah rawan di Irian Jaya, seluruh anggota satgas ini pada awalnya ditempatkan secara terbuka dan
membaur dengan masyarakat, walhasil Satgas ini cukup diterima oleh para
penduduk didaerah dimana mereka ditempatkan, hal tersebut terbukti
dengan disambutnya mereka semenjak kedatangan pertama kalinya kedaerah
tersebut.
Sebenarnya ada salah satu regu yang merasa dongkol karena
dikelabui oleh oleh sikap ramah penduduk yang awal mulanya menawarkan
mereka untuk bermalam disalah satu rumah yang menurut seorang kepala
desa dan juga warga sekitar adalah tempat yang aman, namun karena regu
itu melihat kepolosan dan niat baik warga yang ramah terhadap mereka
sehingga sang Danru (Komandan Regu) yang berpangkat Sersan Kepala itu menerima ajakan
tersebut dengan senang hati, kemudian Danru memerintahkan seluruh
anggotanya untuk menaruh ransel dan beristirahat dirumah yang telah
disediakan itu.
Danru pun menyusul anggotanya yang sudah terlebih dulu
masuk kerumah karena sebelumnya ia bercakap-cakap dulu dengan kepala
desa di halaman rumah itu, lalu sekitar pukul 20:00 kepala desa dan
beberapa warganya membawa makanan yang khusus dibuatkan untuk menjamu
regu itu, lalu merekapun (regu) melahap dan menikmati makanan itu karena
mereka (regu) menyadari sejak kedatangannya siang tadi, mereka belum makan
sedikitpun, lalu setelah mereka makan, mereka pun sempat
berbincang-bincang untuk mengakrabkan dengan warga namun tak terasa
waktu sudah larut malam bahkan bisa dikatakan sudah tengah malam, lalu
warga pun pulang, setelah itu Danru membagi 2 giliran untuk berjaga
diteras. Dimana 3 orang berjaga dan 3 lainya serta Danru beristirahat
tidur.
KONTAK TEMBAK PERTAMA
Kurang lebih baru sekitar 45 menit 3 personil yang mendapat kesempatan berjaga giliran pertama, rumah itu dihujani peluru oleh sekelompok orang tak dikenal dan ternyata setelah dilakukan pengejaran dan berhasil menangkap, sekelompok orang yang memuntahkan peluru kearah rumah itu adalah OPM yang mendapat laporan dari kepala desa dan warga tadi, ternyata kepala daerah dan beberapa warga tersebut memang diancam OPM untuk melapor apabila ada pasukan yang berada TNI dikampungnya.
Memasuki minggu kedua Satgas Ⓜ bertugas, hampir seluruh regu telah mengalami kontak tembak, bahkan ada salah satu regu yang telah mengalami sebanyak 3 kali kontak tembak dengan kelompok separatis.
Kurang lebih baru sekitar 45 menit 3 personil yang mendapat kesempatan berjaga giliran pertama, rumah itu dihujani peluru oleh sekelompok orang tak dikenal dan ternyata setelah dilakukan pengejaran dan berhasil menangkap, sekelompok orang yang memuntahkan peluru kearah rumah itu adalah OPM yang mendapat laporan dari kepala desa dan warga tadi, ternyata kepala daerah dan beberapa warga tersebut memang diancam OPM untuk melapor apabila ada pasukan yang berada TNI dikampungnya.
Memasuki minggu kedua Satgas Ⓜ bertugas, hampir seluruh regu telah mengalami kontak tembak, bahkan ada salah satu regu yang telah mengalami sebanyak 3 kali kontak tembak dengan kelompok separatis.
MENJADI PENGHUNI HUTAN
Menginjak bulan kedua pada masa penugasan 3 dari 6 regu diperintahkan
untuk mengikis musuh di hutan-hutan, mereka setidaknya akan menjadi
penghuni hutan selama 2 bulan.
Karena setiap 2 bulan sekali mereka akan
berganti posisi dengan 3 regu lainya di kota, mereka yang bertugas
menjadi penghuni hutan bertugas melakukan pengejaran bahkan tidak jarang
juga melakukan penyerbuan sehingga nama Satgas ini dikalangan musuh
cukup di takuti, dikarenakan Satgas ini dalam berbagai kontak tembak
sering sekali berhasil menembak mati musuhnya dan juga cukup membuat
musuh kewalahan dan juga tidak jarang pula Satgas itu melakukan
penyerangan dan penyergapan yang tidak terduga bahkan sulit ditebak
terhadap basis-basis musuh di pedalaman hutan di Irian Jaya.
Pada saat
rotasi pertama yaitu tepatnya pada saat menginjak bulan ke 4, pasukan
yang bertugas dihutan mendapat tugas yang cukup berat yaitu karena pada
saat 3 hari setelah mereka melakukan rotasi dengan regu yang bertugas
sebelumnya terjadi penculikan terhadap 2 orang warga sipil asal pulau
jawa yang berprofesi sebagai jurnalis.
Kedua orang itu diculik dan
ditawan oleh OPM (Organisasi Papua Merdeka) ketika dia mewawancarai warga salah satu suku pedalaman
didaerah Ⓦ tujuan mereka datang ke Irian adalah untuk menulis
tentang bagaimana kehidupan suku pedalaman di Irian.
Berita tentang
penculikan tersebut didapat dari beberapa orang warga yang menjadi saksi
dan juga diyakinkan oleh berita Intelijen dilapangan.
MINUM AIR KUBANGAN BABI
Kabar penculikan tersebut tersiar hingga Jakarta sehingga petinggi
militer pun memerintahkan pasukan TNI untuk membebaskan drama penculikan
tersebut, dan ternyata regu 4 dan 5 dari Satgas Ⓜ lah yang diberi
amanat untuk membebaskan sandera tersebut dikarenakan posisi kedua regu
itulah yang paling dekat dengan sas (sasaran / target operasi).
Setelah mendapat PO (Perintah Operasi) dari DanSatgas
mereka pun berangkat menjalankan operasi yang telah diperintahkan, dimana
regu 4 diperintahkan sebagai penyerbu dan penjemput sandera, sedangkan
regu 5 sebagai penutup pelarian.
Menurut berita Intelijen penyandera
menyekap sandera tersebut di sebuah hutan di pegunungan didaerah Ⓦ,
regu 4 berangkat terlebih dahulu dengan selang waktu kurang lebih 1/2 jam
dan disusul regu 5, perjalanan menuju sas kurang lebih memakan waktu 2 hari
dengan berjalan kaki, regu tersebut hanya membawa logistik makanan
seminim mungkin yang sepertinya memang tidak cukup untuk 2 hari. Hal
tersebut dikarenakan bahwa posisi sas yang tidak terlalu jauh, serta agar
kerahasiaan operasi tetap terjaga dimana mereka mengantisipasi akan
adanya beberapa pos tinjau OPM, mereka membawa senjata serta peluru
lebih banyak sebagai cadangan dan tak lupa juga membawa air yang
mereka isikan pada peples.
Setelah kurang lebih 3 jam mereka beristirahat mereka melanjutkan kembali pengendapan namun sekarang regu 5 mengendap bersama-sama dengan regu 4, setelah lebih kurang 8 jam mereka mengendap ternyata mereka menyadari bahwa seluruh air dalam peples personil sudah habis, sewaktu mereka terakhir beristirahat beberapa jam lalu dan dehidrasi pun tidak dapat dihindari.
Namun mereka tetap melanjutkan pengendapan, tak disangka setelah 1 jam mereka berjalan, betapa senangnya mereka karena menemukan sebuah genangan air atau bisa juga disebut kolam kecil, meskipun air tersebut keruh bahkan berwarna cokelat ternyata setelah diamati air itu adalah air bekas kubangan babi, namun tanpa berpikir panjang seluruh anggota pun meminumnya, bahkan ada sebagian yang menggunakan helmnya sebagai gelas, bahkan ada pula yang mengisi peplesnya dengan air tersebut.
Mereka pun melanjutkan kembali perjalananya, setelah mereka berjalan kurang lebih 3 jam mereka mendengar suara gemuruh seperti suara air di sungai lalu mereka mendekat ke arah suara tersebut berasal dan ternyata dugaan mereka benar, suara itu memang suara gemuruh air sungai dengan air yang jernih. Melihat sungai itu beberapa anggotapun mengumpat karena betapa dongkolnya mereka, karena jika saja mereka bersabar untuk tidak meminum air kubangan babi tadi.
Tanpa ada yang mengkomando semua personil pun meminum air sungai yang jernih tersebut untuk memuaskan dan melampiaskan rasa kesal mereka bahkan air dalam peples yang mereka isi dengan air kubangan babi tadi pun mereka buang dan mereka ganti dengan air yang jernih itu.
PEMBEBASAN SANDERA
Pada saat mereka akan bergegas untuk melanjutkan perjalanan bahkan ada
beberapa prajurit yang masih meminum air, terdengar suara desingan peluru
yang ternyata mengarah kepada mereka dan seorang Letda Danru 4 melihat
dari kejauhan ada 6 orang OPM bersenjata yang salah satunya memuntahkan
peluru.
Lalu 6 orang OPM itu pun berlari, melihat itu Letda pun berteriak sangat keras ia meneriakan ...KOMANDO...!!!! dimana teriakan itu adalah teriakan khas mereka bila bertemu musuh dihutan. Kemudian seluruh prajurit pun meneriakan komando pula seraya berlari mengejar orang-orang yang menembaki mereka, mungkin karena setelah belasan jam mengendap tetapi baru sekarang prajurit-prajurit itu menemukan musuh, sehingga mereka bersemangat mengejar bahkan sesekali mengeluarkan tembakan kearah OPM itu.
Ternyata peluru yang mereka tembakan tidak sia-sia karena tembakan-tembakan itu mengenai dan melumpuhkan 4 dari 6 orang OPM itu, namun 2 lainya berhasil kabur. Tembakan itu mengenai 4 orang dimana 3 orang tewas seketika dan satu orang lainya sempat diinterogasi sebelum akhirnya tewas juga. Lokasi kontak tembak dengan sas sekitar 10 jam dan diperkirakan 6 orang OPM tadi berasal dari pos tinjau yang berada tidak terlalu jauh dengan sas.
Setelah berjalan selama 4jam ia bertemu 2 orang anggota OPM yang bersenjatakan senapan laras panjang yang ternyata ditugaskan untuk menjemput dia, kemudian salah satu anggota OPM itu memeriksa badan dia (Danru 5)dengan maksud memastikan bahwa dia memang tidak membawa senjata, setelah OPM itu benar-benar percaya bahwa memang tidak ada senjata yang disembunyikan. Lalu kedua mata Serka pun ditutup seutas kain.
Dan merekapun melanjutkan perjalanan. Sang Serka berjalan sembari dibayang-bayangi oleh OPM yang tak henti-hentinya menodongkan senapan, setelah mereka berjalan selama kurang lebih 2 jam sampailah mereka di suatu gubuk, yang terlihat cukup besar yang disekelilingnya dikelilingi oleh anggota-anggota OPM yang bersenjata senapan laras panjang hingga panah lengkap beserta anak panahnya.
Terlihat sekali tatapan anggota-anggota OPM itu yang sepertinya tidak sabar untuk segera menembak Serka (Danru 5). Lalu dari dalam gubuk terlihat seorang pria paruh baya yang tak lain adalah pemimpin basis OPM daerah itu berjalan keluar menemuinya, lalu Serka tadipun diajaknya masuk kedalam dan diperlihatkanlah kondisi kedua sandera yang terlihat sehat walaupun wajah mereka terlihat sangat pucat.
Lalu pemimpin OPM tadi memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan ikatan yang terikat pada tangan dan kaki kedua sandera tersebut, setelah ikatan tadi terlepas sang Serka melihat ekspresi bahagia dari kedua sandera tadi.
Lalu mereka bertiga (2 sandera dan Serka) diajak oleh pemimpin OPM tadi untuk memakan buah merah disalah satu ruangan, kedua sandera tersebut terlihat sangat lahap sekali sehingga sang Serka pun tersenyum, ketika sang Serka melahap buah merah tadi pemimpin OPM berbicara bahwa “Baru sekali ini saya melihat kedamaian datang dari seorang prajurit TNI, karena kalian biasanya datang untuk menembak kami namun kali ini tidak”, lalu Serka pun menjawab “Saya datang kesini tidak lebih hanya untuk menjalankan tugas saya menjemput sandera” mendengar jawaban Serka tersebut, pemimpin OPM itu terharu lalu mengajak mereka bertiga berfoto bersama, seusai berfoto ketiga orang tersebut (2 sandera dan Serka) berpamitan untuk pulang dan berjalan keluar dari dalam gubuk itu.
Ternyata pemimpin OPM tadi memanggil dan terlihat membawa sebuah benda berbentuk kotak dan berukuran kecil yang ternyata adalah walkman, lalu walkman itu pun diberikanya kepada sang Serka sebagai sebuah kenang-kenangan, lalu sang Serka pun melepaskan sebuah jam tangan yang dipakai pada lengan kanannya dan diberikan untuk pemimpin OPM tadi sembari berbisik “Ini adalah tanda bahwa saya pernah datang kesini, tolong disimpan”.
Lalu ketiga orang itu pun (2 sandera dan Serka) berjalan untuk pulang dengan mata tertutup kain hitam dengan dikawal dua orang anggota OPM bersenjata yang mengantar, hingga jarak kurang lebih satu jam, menjauh dari gubuk tadi dan akhirnya ketiga orang itu ditinggalkan oleh dua orang OPM tadi yang langsung lari menjauh.
Dan akhirnya sang Serka melepaskan ikatan kain penutup tadi dari kepalanya dan kedua sandera itu lalu mereka melanjutkan kembali berjalan dan beberapa jam kemudian mereka sampai di tempat kedua regu (4 dan 5) itu berkumpul, mereka datang dengan disambut penuh kegembiraan dan keharuan.
Lalu 6 orang OPM itu pun berlari, melihat itu Letda pun berteriak sangat keras ia meneriakan ...KOMANDO...!!!! dimana teriakan itu adalah teriakan khas mereka bila bertemu musuh dihutan. Kemudian seluruh prajurit pun meneriakan komando pula seraya berlari mengejar orang-orang yang menembaki mereka, mungkin karena setelah belasan jam mengendap tetapi baru sekarang prajurit-prajurit itu menemukan musuh, sehingga mereka bersemangat mengejar bahkan sesekali mengeluarkan tembakan kearah OPM itu.
Ternyata peluru yang mereka tembakan tidak sia-sia karena tembakan-tembakan itu mengenai dan melumpuhkan 4 dari 6 orang OPM itu, namun 2 lainya berhasil kabur. Tembakan itu mengenai 4 orang dimana 3 orang tewas seketika dan satu orang lainya sempat diinterogasi sebelum akhirnya tewas juga. Lokasi kontak tembak dengan sas sekitar 10 jam dan diperkirakan 6 orang OPM tadi berasal dari pos tinjau yang berada tidak terlalu jauh dengan sas.
Tak lama setelah kontak tembak usai kedua
regu itu melakukan perjalananya kembali namun setelah mereka berjalan
kurang lebih 4 jam dari posisi sebelumnya mereka mendapatkan informasi
intelijen, bahwa pihak penyandera telah mengetahui akan kedatangan mereka.
Sehingga apabila kedua regu itu memaksa mendekati sas, maka sandera akan langsung dieksekusi. Namun pihak penyandera (OPM) terkesan seperti menantang regu tersebut karena OPM telah mengetahui bahwa pasukan yang akan membebaskan sandera itu adalah prajurit baret merah maka pihak penyandera (OPM) memberi syarat apabila menginginkan sandera bebas dan keluar secara hidup-hidup, sandera tersebut harus dijemput oleh seorang prajurit (seorang diri) tanpa membawa senjata, radio, bahkan sangkur (pisau komando).
Setelah mendiskusikan hal tersebut melalui radio terhadap Kapten (Dansatgas) yang berada di kota, maka diambil keputusan untuk menyanggupi syarat-syarat yang diajukan OPM itu dan mengenai siapa prajurit yang akan menjemput, Kapten tersebut menyerahkan keputusannya terhadap kedua regu itu. Mengingat bahwa merekalah yang paling dekat dengan sas, maka kedua regu yang berjumlah 14 personil itu pun mengundi siapa yang akan berangkat untuk menjemput (merapat ke sas) dan didapatlah seorang bintara berpangkat Sersan Kepala (Serka), dimana ia tak lain adalah Danru 5.
Sehingga apabila kedua regu itu memaksa mendekati sas, maka sandera akan langsung dieksekusi. Namun pihak penyandera (OPM) terkesan seperti menantang regu tersebut karena OPM telah mengetahui bahwa pasukan yang akan membebaskan sandera itu adalah prajurit baret merah maka pihak penyandera (OPM) memberi syarat apabila menginginkan sandera bebas dan keluar secara hidup-hidup, sandera tersebut harus dijemput oleh seorang prajurit (seorang diri) tanpa membawa senjata, radio, bahkan sangkur (pisau komando).
Setelah mendiskusikan hal tersebut melalui radio terhadap Kapten (Dansatgas) yang berada di kota, maka diambil keputusan untuk menyanggupi syarat-syarat yang diajukan OPM itu dan mengenai siapa prajurit yang akan menjemput, Kapten tersebut menyerahkan keputusannya terhadap kedua regu itu. Mengingat bahwa merekalah yang paling dekat dengan sas, maka kedua regu yang berjumlah 14 personil itu pun mengundi siapa yang akan berangkat untuk menjemput (merapat ke sas) dan didapatlah seorang bintara berpangkat Sersan Kepala (Serka), dimana ia tak lain adalah Danru 5.
Namun hal itu pertamanya ditentang oleh Danru 4 yang berpangkat Letda, bahwa seharusnya ialah (Danru 4) yang
berangkat, karena ia (Danru 4) takut bahwa OPM tidak akan menepati janjinya
sehingga takut, jika Danru 5 yang berangkat tidak akan kembali membawa
sandera dalam keadaan hidup-hidup. Bahkan prajurit yang menjemputpun akan
ikut dibunuh, sehingga ia (Danru 4) rela mengambil resiko untuk berangkat
menjemput sandera karena mengingat dia (Danru4) adalah satu-satunya
perwira di kedua regu tersebut.
Namun Danru 5 tetap bersikukuh bahwa memang Serka (Danru 5) yang harus berangkat karena Serka (Danru 5) yakin bahwa penyandera akan menepati janji. Lalu sang Serka itu pun berbicara sambil tersenyum pada Letda dan mengatakan “Biar saya yang berangkat, soalnya bapak kan belum sempat nikah, dan saya yakin Tuhan bersama saya” mendengar kata-kata itu sang Letda dan seluruh personil lain pun terlihat cemas.
Kemudian berangkatlah sang Serka tersebut
dengan bermodal keberanian serta nalurinya yang percaya bahwa musuh
akan menepati janjinya. Sebelum berangkat sang Serka melepas helm yang
dikenakannya dan menggantinya dengan baret asal kesatuanya yaitu baret
merah lalu Letda itu menyarankan agar Serka (Danru5) membawa pistol dan
di ikatkan dikaki. Namun sang Serka pun kembali menolak, Serka itu harus
menempuh perjalanan kurang lebih 6 jam menuju sas, ia berjalan sembari
mebaca do’a yang saat itu terlintas dipikiranya dengan maksud, agar ia
tak gentar apabila bertemu musuh nanti.Namun Danru 5 tetap bersikukuh bahwa memang Serka (Danru 5) yang harus berangkat karena Serka (Danru 5) yakin bahwa penyandera akan menepati janji. Lalu sang Serka itu pun berbicara sambil tersenyum pada Letda dan mengatakan “Biar saya yang berangkat, soalnya bapak kan belum sempat nikah, dan saya yakin Tuhan bersama saya” mendengar kata-kata itu sang Letda dan seluruh personil lain pun terlihat cemas.
Setelah berjalan selama 4jam ia bertemu 2 orang anggota OPM yang bersenjatakan senapan laras panjang yang ternyata ditugaskan untuk menjemput dia, kemudian salah satu anggota OPM itu memeriksa badan dia (Danru 5)dengan maksud memastikan bahwa dia memang tidak membawa senjata, setelah OPM itu benar-benar percaya bahwa memang tidak ada senjata yang disembunyikan. Lalu kedua mata Serka pun ditutup seutas kain.
Dan merekapun melanjutkan perjalanan. Sang Serka berjalan sembari dibayang-bayangi oleh OPM yang tak henti-hentinya menodongkan senapan, setelah mereka berjalan selama kurang lebih 2 jam sampailah mereka di suatu gubuk, yang terlihat cukup besar yang disekelilingnya dikelilingi oleh anggota-anggota OPM yang bersenjata senapan laras panjang hingga panah lengkap beserta anak panahnya.
Terlihat sekali tatapan anggota-anggota OPM itu yang sepertinya tidak sabar untuk segera menembak Serka (Danru 5). Lalu dari dalam gubuk terlihat seorang pria paruh baya yang tak lain adalah pemimpin basis OPM daerah itu berjalan keluar menemuinya, lalu Serka tadipun diajaknya masuk kedalam dan diperlihatkanlah kondisi kedua sandera yang terlihat sehat walaupun wajah mereka terlihat sangat pucat.
Lalu pemimpin OPM tadi memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan ikatan yang terikat pada tangan dan kaki kedua sandera tersebut, setelah ikatan tadi terlepas sang Serka melihat ekspresi bahagia dari kedua sandera tadi.
Lalu mereka bertiga (2 sandera dan Serka) diajak oleh pemimpin OPM tadi untuk memakan buah merah disalah satu ruangan, kedua sandera tersebut terlihat sangat lahap sekali sehingga sang Serka pun tersenyum, ketika sang Serka melahap buah merah tadi pemimpin OPM berbicara bahwa “Baru sekali ini saya melihat kedamaian datang dari seorang prajurit TNI, karena kalian biasanya datang untuk menembak kami namun kali ini tidak”, lalu Serka pun menjawab “Saya datang kesini tidak lebih hanya untuk menjalankan tugas saya menjemput sandera” mendengar jawaban Serka tersebut, pemimpin OPM itu terharu lalu mengajak mereka bertiga berfoto bersama, seusai berfoto ketiga orang tersebut (2 sandera dan Serka) berpamitan untuk pulang dan berjalan keluar dari dalam gubuk itu.
Ternyata pemimpin OPM tadi memanggil dan terlihat membawa sebuah benda berbentuk kotak dan berukuran kecil yang ternyata adalah walkman, lalu walkman itu pun diberikanya kepada sang Serka sebagai sebuah kenang-kenangan, lalu sang Serka pun melepaskan sebuah jam tangan yang dipakai pada lengan kanannya dan diberikan untuk pemimpin OPM tadi sembari berbisik “Ini adalah tanda bahwa saya pernah datang kesini, tolong disimpan”.
Lalu ketiga orang itu pun (2 sandera dan Serka) berjalan untuk pulang dengan mata tertutup kain hitam dengan dikawal dua orang anggota OPM bersenjata yang mengantar, hingga jarak kurang lebih satu jam, menjauh dari gubuk tadi dan akhirnya ketiga orang itu ditinggalkan oleh dua orang OPM tadi yang langsung lari menjauh.
Dan akhirnya sang Serka melepaskan ikatan kain penutup tadi dari kepalanya dan kedua sandera itu lalu mereka melanjutkan kembali berjalan dan beberapa jam kemudian mereka sampai di tempat kedua regu (4 dan 5) itu berkumpul, mereka datang dengan disambut penuh kegembiraan dan keharuan.
note: konon foto itu sampai sekarang masih ada dan terpampang disalah satu basis opm.
sumber : garudamiliter
sumber : garudamiliter
Labels:
kisah nyata,
sejarah Indonesia,
TNI
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
kopassus memang bernyali baja
ReplyDeleteSalut
ReplyDeleteSalam komando
Salut
ReplyDeleteSalam komando