Saturday, 24 March 2012
Beberapa Metode Karya Ilmiah untuk Penelitian dan Pengembangan (Model Dick and Carey (2001))
Model Pengembangan Dick and Carey (2001)
Dick, Carey, dan Carey (2001) memandang desain pembelajaran sebagai
sebuah sistem dan menganggap pembelajaran adalah proses yang sitematis.
Pada kenyataannya cara kerja yang sistematis inilah dinyatakan sebagai
model pendekaan sistem. Dipertegas oleh Dick, Carey, dan Carey (2001)
bahwa pendekatan sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem
pengembangan pembelajaran (Instructional Systems Development /ISD). Jika
berbicara masalah desain maka masuk ke dalam proses, dan jika
menggunakan istilah instructional design (ID) mengacu kepada
instructional system development (ISD) yaitu tahapan analisis, desain,
pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Instructional desain inilah
payung bidang (Dick, Carey, dan Carey, 2001).
Komponen model Dick, Carey, dan Carey meliputi; pembelajar, pebelajar,
materi, dan lingkungan. Demikian pula dilingkungan pendidikan non formal
meliputi; warga belajar (pebelajar), tutor (pembelajar), materi, dan
lingkungan pembelajaran (Ditjen PMPTK PNF, 2006). Semua berinteraksi
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Bila melihat komponen bekerja dengan memuaskan atau tidak maka perlu
mengembangkan format evaluasi (Dick, Carey, dan Carey, 2001). Jika dari
hasil evaluasi menunjukkan unjuk kerja pebelajar tidak memuaskan maka
komponen tersebut direvisi untuk mencapai kriteria efektif dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
Komponen model Dick, Carey, dan Carey dipengaruhi oleh Condition of
Learning hasil penelitian Robert Gagne yang dipublikasikan pertama kali
pada tahun 1965. Condition of learning ini berdasarkan asumsi psikologi
behavioral, psikologi cognitive, dan konstruktivisme yang diterapkan
secara eklektic (Dick, Carey, dan Carey, 2001). Tiga proyek utama yang
dihasilkan oleh Gagne (Bostock, 1996) yaitu 1) instructional events, 2)
types of learning outcomes, 3) internal conditions and external
conditions. Ketiganya merupakan masukan yang penting dalam memulai
kegiatan desain pembelajaran.
Komponen dan tahapan model Dick, Carey, dan Carey lebih kompleks jika
dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain seperti Morrison, Ross,
& Kemp (2001). Walaupun model Morrison, Ross, & Kemp juga
memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem, tetapi sedikit
berbeda. Mereka menyebutkan desain pembelajaran sebagai metode yang
sistematis tetapi bukan pendekatan sitematis. Tahapan yang diguanakan
yaitu perencanaan, pengembangan, evaluasi, dan management proses.
Sedangkan komponen dasar sistem meliputi learners, objectives, methods,
dan evaluation yang selanjutnya dikembangkan menjadi 9 (sembilan)
rencana desain pembelajaran.
Pada umumnya, tahap pertama dalam desain pembelajaran adalah analisis
untuk mengetahui kebutuhan dalam pembelajaran, dan mengidentifikasi
masalah-masalah apa yang akan dipecahkan. Model Dick, Carey, dan Carey
menerapkan tahapan ini, dengan demikian pengembangan yang dilakukan
berbasis kebutuhan dan pemecahan masalah. Produk yang direkomendasikan
dalam model ini yaitu sebuah produk yang dapat digunakan untuk belajar
mandiri (Nasution, 1995; Dick, Carey, dan Carey, 2001; Heinich, Molenda,
Russel, & Smadino, 2002). Model ini juga memungkinkan warga belajar
menjadi aktif berinteraksi karena menetapkan strategi dan tipe
pembelajaran yang berbasis lingkungan. Dengan bentuk pembelajaran yang
berbasis lingkungan, yang disesuaikan dengan konteks dan setting
lingkungan sekitar atau disebut juga sebagai situational approach oleh
Canale & Swain (1980) memungkinkan pebelajar bahasa (sebagaimana
dinyatkan oleh Sadtono, 1987) dapat mengoptimalkan kompetensi
komunikatif.
Seperti yang diuraikan sebelumnya, tahapan model pengembangan sistem
pembelajaran (Instructional Systems Develovment / ISD) Dick, Carey, dan
Carey (2001) terdiri dari 10 tahapan. Tahapan tersebut dapat dicermati
sebagaimana dalam gambar 2.2. Khusus tahapan ke 10 tidak dimasukkan
dalam gambar, karena itu landasan teori penelitian ini dikembangkan
berdasarkan 9 tahapan. Berikut dijelaskan tahapan pengembangan sistem
pembelajaran Dick, Carey, and Carey:
1. Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan
Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan pembelajaran adalah langkah
pertama yang dilakukan untuk menentukan apa yang anda inginkan setelah
warga belajar melaksanakan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat
diperoleh dari serangkaian tujuan pembelajaran yang ditemukan dari
analisis kebutuhan, dari kesulitan-kesulitan warga belajar dalam praktek
pembelajaran, dari analisis yang dilakukan oleh orang-orang yang
bekerja dalam bidang, atau beberapa keperluan untuk pembelajaran yang
aktual.
2. Melakukan analisis Pembelajaran
Setelah mengidentifikasi tujuan-tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya
adalah menentukan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai
tujuan pembelajaran tersebut. Langkah terakhir dalam proses analisis
tujuan pembelajaran adalah menentukan keterampilan, pengetahuan, dan
sikap yang disebut sebagai entry behavior (perilaku awal/masukan) yang
diperlukan oleh warga belajar untuk memulai pembelajaran.
3. Menganalisis warga belajar dan lingkungannya
Analisis pararel terhadap warga belajar dan konteks dimana mereka
belajar, dan konteks apa tempat mereka menggunakan hasil pembelajaran.
Keterampilan-keterampilan warga belajar yang ada saat ini, yang lebih
disukai, dan sikap-sikap ditentukan berdasarkan karakteristik atau
setting pembelajaran dan setting lingkungan tempat keterampilan
diterapkan. Langkah ini adalah langkah awal yang penting dalam strategi
pembelajaran.
4. Merumuskan tujuan khusus
Menuliskan tujuan unjuk kerja (tujuan pembelajaran). Berdasarkan
analisis tujuan pembelajaran dan pernyataan tentang perilaku awal,
catatlah pernyataan khusus tentang apa yang dapat dilakukan oleh warga
belajar setelah mereka menerima pembelajaran. Pernyataan-pernyataan
tersebut diperoleh dari analisis pembelajaran. Analisis pembelajaran
dimaksudkan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan yang
dipelajari, kondisi pencapaian unjuk kerja, dan kriteria pencapaian
unjuk kerja.
5. Mengembangkan instrumen penilaian
Berdasarkan tujuan pembelajaran yang tertulis, kembangkan produk
evaluasi untuk mengukur kemampuan warga belajar melakukan tujuan
pembelajaran. Penekanan utama berada pada hubungan perilaku yang
tergambar dalam tujuan pembelajaran dengan untuk apa melakukan
penilaian.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran meliputi; kegiatan prapembelajaran (pre-activity),
penyajian informasi, praktek dan umpan balik (practice and feedback,
pengetesan (testing), dan mengikuti kegiatan selanjutnya. Strategi
pembelajaran berdasarkan teori dan hasil penelitian, karakteristik media
pembelajaran yang digunakan, bahan pembelajaran, dan karakteristik
warga belajar yang menerima pembelajaran. Prinsip-prinsip inilah yang
digunakan untuk memilih materi strategi pembelajaran yang interaktif
7. Mengembangkan materi pembelajaran
Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, produk pengembangan ini
meliputi petunjuk untuk warga belajar, materi pembelajaran, dan
soal-soal. Materi pembelajaran meliputi : petunjuk untuk tutor, modul
untuk warga belajar, transparansi OHP, videotapes, format multimedia,
dan web untuk pembelajaran jarak jauh. Pengembangan materi pembelajaran
tergantung kepada tipe pembelajaran, materi yang relevan, dan sumber
belajar yang ada disekitar perancang.
8. Merancang & Mengembangkan Eva Formatif
Dalam merancang dan mengembangkan evaluasi formative yang dihasilkan
adalah instrumen atau angket penilaian yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Data-data yang diperoleh tersebut sebagai pertimbangan dalam
merevisi pengembangan pembelajaran ataupun produk bahan ajar. Ada tiga
tipe evaluasi formatif : uji perorangan (one-to-one), uji kelompok kecil
(small group) dan uji lapangan (field evaluation)
9. Merevisi Pembelajaran
Data yang diperoleh dari evaluasi formative dikumpulkan dan
diinterpretasikan untuk memecahkan kesulitan yang dihadapi warga belajar
dalam mencapai tujuan. Bukan hanya untuk ini, singkatnya hasil evaluasi
ini digunakan untuk merevisi pembelajaran agar lebih efektif.
10. Mengembangkan evaluasi sumatif
Di antara kesepuluh tahapan desain pembelajaran di atas, tahapan ke-10
(sepuluh) tidak dijalankan. Evaluasi sumative ini berada diluar sistem
pembelajaran model Dick & Carey, (2001) sehingga dalam pengembangan
ini tidak digunakan.
Kawasan pengembangan meliputi beberapa produk, salah satunya apa yang disebutkan Heinich, Molenda, dan Smaldino (2002) sebagai teknologi cetak. Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi bahan, seperti buku-buku dan bahan visual yang statis, terutama melalu proses pencetakan mekanis atau foto grafis (Sheel & Richey, 1994). Pada umumnya bahan pembelajaran yang diharapkan dari penelitian pengembangan yaitu menghasilkan bahan ajar yang efektif, efisien, dan dapat menimbulkan daya tarik tersendiri kepada warga belajar (Reigeluth, 1983; Degeng, 1989).
Selain itu sebuah bahan ajar bukan hanya untuk dibaca, tetapi melibatkan unsur-unsur proses pembelajaran (Kemp, 1985; Marjohan, 1994). Lebih lanjut, Morrison, Ross, dan Kemp (2001) menyatakan bahwa dalam mengembangkan produk pembelajaran dan mendesain kegiatan pembelajaran, dapat dilakukan melalui sebuah pendekatan sistem yang meliputi; merencanakan, mengembangkan, mengevaluasi, mengatur proses pembelajaran secara efektif agar tujuan pembelajaran tercapai. Sedangkan Dick, Carey, dan Carey (2001) melalui kegitan mendesain, mengembangkan, mengimplementasi, dan mengevaluasi. Kedua-duanya tidak jauh berbeda dan masing-masing merupakan sebuah sistem. Kegiatan melalui tahapan-tahapan inilah yang disebut sebagai kegiatan mendesain pembelajran (Morrison, Ross, & Kemp, 2001)
Kawasan pengembangan meliputi beberapa produk, salah satunya apa yang disebutkan Heinich, Molenda, dan Smaldino (2002) sebagai teknologi cetak. Teknologi cetak adalah cara untuk memproduksi bahan, seperti buku-buku dan bahan visual yang statis, terutama melalu proses pencetakan mekanis atau foto grafis (Sheel & Richey, 1994). Pada umumnya bahan pembelajaran yang diharapkan dari penelitian pengembangan yaitu menghasilkan bahan ajar yang efektif, efisien, dan dapat menimbulkan daya tarik tersendiri kepada warga belajar (Reigeluth, 1983; Degeng, 1989).
Selain itu sebuah bahan ajar bukan hanya untuk dibaca, tetapi melibatkan unsur-unsur proses pembelajaran (Kemp, 1985; Marjohan, 1994). Lebih lanjut, Morrison, Ross, dan Kemp (2001) menyatakan bahwa dalam mengembangkan produk pembelajaran dan mendesain kegiatan pembelajaran, dapat dilakukan melalui sebuah pendekatan sistem yang meliputi; merencanakan, mengembangkan, mengevaluasi, mengatur proses pembelajaran secara efektif agar tujuan pembelajaran tercapai. Sedangkan Dick, Carey, dan Carey (2001) melalui kegitan mendesain, mengembangkan, mengimplementasi, dan mengevaluasi. Kedua-duanya tidak jauh berbeda dan masing-masing merupakan sebuah sistem. Kegiatan melalui tahapan-tahapan inilah yang disebut sebagai kegiatan mendesain pembelajran (Morrison, Ross, & Kemp, 2001)
Labels:
kuliah pendidikan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment